Senin, 10 Desember 2012

TERJADINYA MEKANIKA PARSIAL

TERJADINYA MEKANIKA PARSIAL
System adalah satu kesatuan komponen yang satu sama lain saling berkaitan dan saling berinteraksi untuk mencapai suatu hasil yang diharapkan secara optimal sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka ada 3 hal penting yang menjadi karakteristik suatu system, yaitu :
  1. Setiap system pasti memiliki tujuan.
Tujuan merupakan cirri utama suatu system. Tak ada system tanpa tujuan. Tujuan merupakan arah yang harus dicapai oleh suatu pergerakan system.
  1. System selalu mengandung suatu proses.
Proses adalah rangkaian kegiatan.kegiatan diarahkan untuk mencapai tujuan.
  1. Proses kegiatan dalam suatu system selalu melibatkan dan memanfaatkan berbagai komponen atau unsur-unsur tertentu.
Oleh sebab itu, suatu system tidak mungkin hanya memiliki satu komponen saja. System memerlukan berbagai dukungan komponen yang satu sama lain saling berkaitan.
Komponen merupakan bagian dari suatu sistem yang meiliki peran dalam keseluruhan berlangsungnya suatu proses untuk mencapai tujuan sistem. Komponen pendidikan berarti bagian-bagian dari sistem proses pendidikan, yang menentukan berhasil dan tidaknya atau ada dan tidaknya proses pendidikan. Bahkan dapat dikatakan bahwa untuk berlangsungnya proses kerja pendidikan diperlukan keberadaan komponen-komponen tersebut.
Komponen-komponen yang memungkinkan terjadinya proses pendidikan atau terlaksananya proses mendidik minimal terdiri dari:
  1. Peserta didik
Siswa adalah individu yang unik, mereka merupakan kesatuan psiko-fisis yang secara sosiologis berinteraksi dengan teman sebaya, guru, pengelola sekolah, pegawai administrasi, dan masyarakat pada umumnya. Mereka datang ke sekolah telah membawa potensi psikologis dan latar belakang kehidupan sosial. Masing-masing memiliki potensi dan kemampuan yang berbeda. Potensi dan kemampuan inilah yang harus dikembangkan oleh guru. (Sardiman, 2001: 109)
  1. Pendidik
Guru adalah sebuah profesi. Oleh karena itu, pelaksanaan tugas guru harus profesional. Walaupun guru sebagai seorang individu yang memiliki kebutuhan pribadi dan memiliki keunikan tersendiri sebagai pribadi, namun guru mengemban tugas mengantarkan anak didiknya mencapai tujuan. Untuk itu guru harus menguasai seperangkat kemampuan yang disebut dengan kompetensi guru. Oleh karena itu, tidak semua orang bisa menjadi guru yang profesional. Kompetensi guru itu mencakup kemampuan menguasai siswa, menguasai tujuan, menguasai metode pembelajaran, menguasi materi, menguasai cara mengevaluasi, menguasai alat pembelajaran, dan menguasai lingkungan belajar. (Soetopo, 2005: 144).
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam proses belajar mangajar. Menurut Usman (1990:7) ada empat peran guru dalam pembelajaran, yaitu:
a)      Sebagai demonstrator, lecturer (pengajar),
b)      Sebagai pengelola kelas,
c)      Sebagai mediator dan fasilitator
d)     Sebagai motivator.
  1. Tujuan pendidikan
    1. Tujuan metupakan komponen yang sangat penting dalam system pembelajaran. Ia merupakan komponen yang pertama dan utama dalam sistem pembelajaran. Tujuan menentukan kondisi siswa yang ingin dibentuk melalui proses tersebut.
    2. Materi pembelajaran
      1. Isi atau materi pembelajaran merupakan komponen kedua dalam system pembelajaran.Dalam konteks tertentu materi pelajaran merupakan inti dalam proses pembelajaran, artinya sering terjadi proses pembelajaran diartikan sebagai proses penyampaian materi, yaitu apabila tujuan pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran. Dalam kondisi ini peran guru adalah sebagai sumber belajar, sehingga penguasaan materi menjadi tuntutan mutlak bagi guru. Adapun dalam setting pembelajaran berbasis kompetensi, tugas dan tanggung jawab guru bukan sebagai sumber belajar, karena itu materi pembelajaran seharusnya diambil dari berbagai sumber.
      2. Metode atau starategi pembelajaran.
        1. Keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran sangat ditentukan oleh komponen ini, karena bagaimanapun lengkap dan jelasnya komponen lain, tanpa diimplementasikan melalui strategi dan metode yang tepat, komponen-komponen tersebut dapat kehilangan makna dalam proses mencapai tujuan.
        2. Alat dan sumber.
          1. Meski sebagai alat bantu, komponen ini juga memiliki peran yang penting, apalagi dalam zaman dengan kemajuan teknologi seperti sekarang ini, alat-alat dan sumber sebagai hasil teknologi, memungkinkan siswa belajar dari mana saja dan kapan saja. Bahkan dengan adanya kemajuan ini peran guru bergeser dari perannya sebagai sumber belajar menjadi sebagai pengelola pembelajaran. Dengan penggunaan berbagai sumber ini kualiatas pembelajaran menjadi semakin meningkat.
Lalu pertanyaannya bagaimana proses agar pembelajaran berhasil?
            Oleh karena suatu sistem merupakan proses untuk mencapai tujuan melalui pemberdayaan komponen-komponen yang membentuknya, maka sisten erat kaitannya dengan perencanaan. Perencanaan adalah pengambilan keputusan bagaimana memberdayakan komponen agar tujuan berhasil dengan sempurna. Oleh sebab itu, proses proses berpikir dengan pendekatan system memiliki daya ramal akan keberhasilan suatu proses.
            Artinya apabila seluruh komponen yang membentuk system bekerja sesuai dengan fungsinya, maka dapat dipastikan tujuan yang telah ditentukan akan tercapai secara optimal, sebaliknya manakala komponen-komponen yang membentuk system tidak dapat bekerja sesuai dengan fungsinya, maka pergerakan system akan terganggu, yang berarti akan menghambat pencapaian tujuan.
            Misalnya, manusia merupakan suatu system yang terdiri dari berbagai komponen-komponen, seperto komponen mata untuk melaksanakan fungsi penglihatan, komponen telinga untuk melaksanakan fungsi pendengaran, komponen mulut untuk melaksanakan fungsi pencernaan dan lain sebagainya. Manakala salah satu atau sebagian komponen tidak berfungsi maka akan merusak system secara keseluruhan.

PENDIDIKAN SEBAGAI SISTEM ANALISIS HUBUNGAN KOMPONEN DAN SISTEM PENDIDIKAN DI TINGKAT SD, SMP, SMA DAN PERGURUAN TINGGI

PENDIDIKAN SEBAGAI SISTEM 
ANALISIS HUBUNGAN KOMPONEN DAN SISTEM PENDIDIKAN
DI SD, SMP, SMA DAN PERGURUAN TINGGI

 Pengertian sistem
Sistem adalah suatu rangkaian keseluruhan, kebulatan, kesatuan dan komponen-komponen yang saling berinteraksi atau interdependensi dalam mencapai tujuan. Suatu sistem mengandung hal-hal sebagai berikut :
  •  Adanya suatu kesatuan organis
  • Adanya komponen yang membentuk kesatuan organis
  • Adanya hubungan keterkaitan antara komponen satu dengan yang lain
  • Adanya gerak dan dinamika
  • Adanya tujuan yang ingin dicapai
Pengertian pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian , kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Pengertian pendidikan sebagai sistem
Pendidikan merupakan sebuah sistem yaitu komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan suatu keseluruhan, dengan tujuan untuk memberikan pelayanan pendidikan kepada yang membutuhkan. Sistem pendidikan yang berlaku adalah pendidikan formal, non formal dan in formal, untuk itu kita harus mampu menggunakan sistem pendidikan yang  telah tersedia dengan sebaik- baiknya.
Sistem pendidikan akan selalu bersifat dinamis, kontekstual dan untuk itu suatu system pendidikan haruslah terbuka terhadap tuntutan kualitas dan relevansi.
.          
 KOMPONEN DAN HUBUNGAN ANTAR KOMPONEN DALAM PENDIDIKAN 

           Agar terlaksana masing - masing fungsi yang menunjang usaha pencapaian  tujuan, di dalam suatu sistem diperlukan bagian - bagian yang akan melaksanakan fungsi tersebut. Bagian suatu sistem yang melaksanakan fungsi untuk  menunjang usaha mencapai tujuan sistem disebut komponen. Dengan demikian, jelaslah bahwa sistem itu terdiri atas komponen - komponen dan masing - masing komponen itu mempunyai fungsi khusus.
            Komponen adalah bagian dari system yang melaksanakan fungsi untuk menunjang usaha mencapai tujuan system. Komponen pendidikan berarti bagian-bagian dari sistem proses pendidikan, yang menentukan berhasil dan tidaknya atau ada dan tidaknya proses pendidikan. Karena pendidikan di katakan sebagai system maka komponen-komponen  pendidikan itu meliputi : 
1.      Peserta didik
Peserta didik berstatus sebagai subjek didik. Pandangan modern cenderung menyebutkan demikian oleh karena peserta didik adalah subjek atau pribadi yang otonom, yang ingin diakui keberadaannya.
Ciri khas peserta didik :
  1. Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga merupakan    insan yang unik
  2. Individu yang sedang berkembang.
  3. Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi.
  4. Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri
2.      Pendidik (orang yang membimbing)
Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Peserta didik mengalami pendidikannya dalam tiga lingkunga yaitu lingkungankeluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masayarakat. Sebab itu yang bertanggung jawab terhadap pendidikan ialah orang tua, guru, pemimpin program pembelajaran, latihan, dan masyarakat.
3.       Materi pendidikan
Materi pendidikan merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran yang memegang peranan pentinga dalam membantu siswa mencapai standart kompetensi dan kompetensi dasar yang berisikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap atau nilai yang dipelajari siswa.
4.       Alat dan metode
Alat dan metode diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan ataupun diadakan dengan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan. Secara khusus alat melihat jenisnya sedangkan metode melihat efisiensi dan efektifitasnya. Alat pendidikan dibedakan atas alat yang preventif dan yang kuratif.
5.      Lingkungan pendidikan
Lingkungan pendidkan adalah segala sesuatu yang ada dan terjadi disekeliling proses pendidikan itu berlangsung (manusia dan lingkungan fisik ) yang berperan dan memberikan konstribusi terhadap proses peningkatan kualitas pendidikan dan atau kualitas lulusan pendidikan. Lingkungan pendidikan biasanya disebut tri pusat pendidikan yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.


Pengertian system pendidikan
            Keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional

SISTEM PENDIDIKAN DI BERBAGAI TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

SEKOLAH DASAR (SD)
            Sistem pendidikan disekolah dasar adalah suatu keseluruhan antara komponen-komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu dan saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pendidikan dasar.
            Pendidikan ini diselenggarakan untuk anak-anak yang telah berusia 7 tahun dengan asumsi bahwa anak seusia tersebut menpunyai tingkat pemahaman dan kebutuhan pendidikan yang sesuai dengan dirinya.
            Pendidikan dasar memang diselenggarakan untuk memberikan dasar pengetahuan, sikap dan keterampilan bagi anak didik. Pendidikan dasar inilah yang selanjutnya dikembangkan untuk meningkatkan kulitas diri anak didik.

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA(SMP)
            Pendidikan SMP merupakan pendidikan menengah yang berlangsung selama 3 tahun dan bersifat umum. Yang membedakan antara pendidikan SD dan SMP adalah bahwa setiap mata pelajaran lebih diperdalam.
            Setiap mata pelajaran diajarkan oleh Guru Mata Pelajaran. Dan setiap kelas mempunyai Guru Kelas yang membimbing dan mengawasi perkembangan kepribadian murid. Pendidikan budi pekerti dilakukan dalam pelajaran setiap mata pelajaran.
            Pendidikan SMP mulai mengembangkan independensi anak sehingga pembelajaran bukan semata-mata bersifat uraian Guru kepada murid tetapi sebaliknya murid yang lebih aktif mencari ilmu dengan guru sebagai pembimbing.
            Dalam pembelajaran dengan murid yang lebih indenpenden perlu diusahakan agar murid dapat mengembangkan diri sesuai dengan kemampuannya.

SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)
            Sekola Memengah Atas (SMA) adalah jenjang pendidikan menengah pada pendidikan formal diIndonesia setelah lulus Sekolah Menengah Pertama (sederajat) yang ditempuh dalam waktu tiga tahun. Lulusan SMA dapat melanjutkan keperguruan tinggi atau langsung bekerja.
            Di SMA banyak sekali hal baru yang kita dapatkan. Berbagai hal baru itu ditunjang oleh kemampuan kita yang mulai berfikir dan merasakan. Proses pendewasaan dominan terjadi diSMA.
            Pendidikan selayaknya mampu memprogramkan siswa atau peserta didik menjadi manusia seutuhnya. Dalam hal ini, kemajuan bangsa juga dipengaruhi oleh pendidikan. Siswa SMA diprogram menjadi robot pengejar nilai, bukan skill. Kecendrungan siswa untuk mendalami satu bidang tertentu harus dibatasi oleh bidang lain yang harus dilewati dan harus lulus. Yang jelas, fase SMA merupakan penentu masa depan seseorang. Seorang murid akan menentukan kemana ia akan pergi setelah lulus. Dan pola fikir memegang peran penuh dalam penentuan langkah mereka.

PERGURUAN TINGGI
            Perguruan tinggi adalah satuan pendidikan penyelenggara pendidikan tinggi. Peserta didik perguruan tinggi disebut Mahasiswa/i, sedangkan tenaga pendidik perguruan tinggi disebut Dosen.
            Menurut jenisnya perguruan tinggi dibagi menjadi dua
  1. Perguruan Tinggi Negeri
  2. Perguruan Tinggi Swasta
Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, institut, politeknik, sekolah tinggi, dan universitas. Perguruan tinggi dapat menyelenggarakan pendidikan akademik, profesi, dan vokasi dengan program pendidikan Diploma (D1, D2, D3, D4), Sarjana (S1), Magister (S2), Doktor (S3), dan Spesialis.

ALASAN PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP DIPERLUKAN


ü  Alasan keadilan
Terselenggaranya pendidikan seumur hidup secara meluas dikalangan masyarakat dapat menciptakan iklim lingkungan yang memungkinkan terwujudnya keadilan sosial. Masyarakat luas dengan berbagai stratanya merasakan adanya persamaan kesempatan memperoleh pendidikan. Selanjutnya berarti pula persamaan sosial, ekonomi, dan politik. Hinsen menunjukkan konteks yang lebih luas yaitu dengan terselenggaranya pendidikan seumur hidup yang lebih baik akan membuka peluang bagi perkembangan nasional untuk mencapai tingkat persamaan internasional (Cropley : 33). Dalam hubungan ini Bowle mengemukakan statement bahwa pendidikan seumur hidup pada prinsipnya dapat mengeliminasi peranan sekolah sebagai alat untuk melestarikan ketidakadilan social (Cropley : 33).
Contohnya adalah agar semua rakyat dapat mengecam dunia pendidikan, maka sinilah mengapa pendidikan seumur hidup sangat diperlukan, walaupun pendidikan yang didapat melalui pendidikan formal maupun pendidikan non formal. Karenanya tidak akan ada kesenjangan dalam hal pendidikan diantara masyarakat.

ü  Alasan ekonomi
Persoalan pendididkan seumur hidup dikaitkan dengan biaya penyelenggaraan pendidikan, produktivitas kerja, dan peningkatan GNP. Di Negara sedang berkembang biaya untuk perluasan pendidikan dan meningkatkan kualitas pendidikan hampir-hampir tak tertanggulangi. Di satu sisi tantangan untuk mengejar keterlambatan pembangunan dirasakan, sedangkan di sisi lain keterbatasan biaya dirasakan menjadi penghambat. Tidak terkecuali di Negara yang sudah maju teknologinya, yaitu dengan munculnya kebutuhan untuk memacu kualitas pendidikan dan jenis-jenis pendidikan. Beberapa Negara maju merasakan beratnya beban biaya penyelenggaraan pendidikan itu. Beberapa alternative dilakukan untuk mengatasi masalah pembiayaan itu antara lain dengan cara memperbesar daya serap sekolah misalnya dengan system double shift, memperpendek masa pendidikan, meningkatkan pendayagunaan teknologi pendidikan, mendiseminasikan inovasi-inovasi pendidikan, dan sebagainya. Dalam hubungannya dengan masalah tersebut pendidikan seumur hidup yang secara radikal mendasarkan diri pada konsep baru dalam pemprosesan pendidikan memiliki implikasi pembiayaan pendidikan yang lebih luas dan lebih longgar(Cropley : 35).
Contohnya adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup, tentu saja masyarakat harus bekerja. Pada masa sekarang ini sebuah pekerjaan menuntut pengetahuan dan keterampilan yang tinggi. Tentu saja untuk memperoleh hal tersebut seseorang harus menjalani suatu pendidikan. Namun pada kenyataannya tidak semua masyarakat dapat menjalani pendidikan tersebut. karenanya terjadilah kesenjangan ekonomi (seperti kaya dan miskin) dalam masyarakat. Namun dengan diadakannya pendidikan seumur hidup, maka seseorang dapat mendapatkan pendidikan yang lebih untuk memenuhi kebutuhannya. Akibatnya seseorang akan bisa memperbaiki taraf kehidupannya. Hal ini tentu akan berimbas pada ekonomi seseorang tersebut.   

ü  Alasan perkembangan IPTEK
Pertumbuhan teknologi menyebabkan peningkatan penyediaan informasi yang berakibat pada meningkatnya usia harapan hidup dan menurunnya angka kematian. Di segi lain muncul pendekatan-pendekatan baru dan perubahan orientasi dalam proses belajar mengajar, konsep pengembangan tingkah tingkah laku, perubahan peran guru dan siswa, munculnya berbagai tenaga kependidikan nonguru, pendayagunaan sumber belajar yang semakin bervariasi, dan lain-lain. Kesemuanya itu mengandung potensi yang kaya bagi terselenggaranya pendidikan sepanjang hidup.
            Contohnya adalah dizaman modern ini perkembangan teknologi sudah semakin maju. Dengan majunya teknologi diharapkan masyarakat dapat menggunakannya sebaik mungkin. Misalnya dengan penyediaan informasi. Masyarakat dapat belajar dari penyediaan informasi tersebut. sehinnga pendidikan seumur hidup akan terselenggara.

ü  Alasan Sosial
Perkembangan iptek yang demikian pesat yang telah melanda Negara maju dan Negara-negara berkembang memberi dampak yang besar terhadap terjadinya perubahan-perubahan kehidupan sosial ekonomi dan nilai budaya.
Fungsi pendidikan yang seharusnya diperankan oleh keluarga, dan juga fungsi lainnya seperti fungsi ekonomi, rekreasi dan lain-lain, lebih banyak diambil alih oleh lembaga-lembaga, organisasi-organisasi di luar lingkungan keluarga, khususnya oleh sekolah. Dengan diambil alihnya sebagian tugas pendidikan oleh sekolah, banyak orang tua yang mengira bahwa seluruh tugas pendidikan sudah ditangani secara tuntas oleh sekolah, sehingga orang tua hanya tinggal menunggu hasilnya. Sebaliknya sekolah menganggap bahwa pendidikan afektif sepenuhnya menjadi tanggung jawab orang tua. Ketidaksinkronan konsep pendidikan di lingkungan keluarga dengan pendidikan di sekolah tersebut menimbulkan kesenjangan. Kesenjangan tersebut dapat diisi melalui penyelenggaraan pendidikan seumur hidup yang bersifat menembus batas-batas kelembagaan.
Jika dahulu masa anak dan remaja diartikan sebagai masa belajar dalam dunia persekolahan, sedangkan dunia orang dewasa adalah dunia kerja, kini garis batas yang memisahkan kedua kelompok usia tersebut sudah menjadi kabur. Semakin hari banyak remaja yang berumah tangga dan bekerja, sedangkan di pihak lain semakin banyak orang dewasa yang bersekolah. Garis pemisah yang kukuh antara kedua macam kelompok tersebut berabad-abad telah dipertahankan di dalam kehidupan bermasyarakat. Berkat kemajuan perkembangan iptek banyak hal yang dahulunya hanya menjadi hak istimewa kelompok dewasa, seperti hak untuk membuat keputusan atas sesuatu yang menjadi pilihan anak, telah beralih kepada kelompok anak dan remaja sendiri.
Situasi demikian juga terdapat pada hubungan antara pekerjaan dengan pimpinan. Pola umum tentang hubungan sosial antara pekerja dengan pimpinan yang dahulu harus dipegang ketat sudah menjadi longgar. Pekerja di masa mendatang mungkin harus melakukan peran social yang saat ini dianggap hanya cocok untuk atasan.
Gejala sosial lain yang juga memiliki arti penting, yaitu meningkatnya emansipasi wanita. Emansipasi wanita yang telah berlangsung demikian pesat telah mengubah konsep tentang dunia dan peran wanita, demikian pula peran pria sebagai pencari nafkah. Banyak posisi yang dahulu hanya cocok untuk pria, sekarang diisi oleh wanita, dan sebaliknya.
            Contohnya terjadi perubahan tata sosial di dalam masyarakat. Maka dalam hal ini pendidikan seumur hidup sangat diperlukan untuk mempermudah individu melakukan penyesuaian terhadap perubahan hubungan antara mereka atau masyarakat.

ü  Alasan pekerjaan
Kenyataan menunjukkan bahwa perkembangan iptek di satu sisi dalam skala besar meminta pekerjaan tangan diganti dengan mesin, tetapi disisi yang lain juga member andil kepada munculnya pekerjaan-pekerjaan baru yang banyak menyerap tenaga kerja dan munculnya cara-cara baru dalam memproses pekerjaan. Akibatnya pekerjaan menuntut persyaratan kerja yang selalu saja berubah.
Untuk dapat menangani pekerjaan-pekerjaan yang menuntut persyaratan-persyaratan baru seseorang harus berkemauan untuk selalu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan secara terus-menerus. Kondisi seperti ini mengandung implikasi bahwa pendidikan seumur hidup merupakan alternative yang dapat mengantisipasi pemecahan masalah-masalah yang dihadapi oleh pekerja-pekerja di masa depan.
Contohnya adalah tuntutan dalam pekerjaan yang setiap saat selalu berubah, mengharuskan setiap pekerja harus meningkatkan pengetahuan maupun keterampilannya untuk menanggulangi tuntutan pekerjaan tersebut. Maka pendidikan seumur hidup merupakan alternative yang dapat mengantisipasi pemecahan masalah-masalah yang dihadapi oleh pekerja-pekerja di masa depan.

DIMENSI-DIMENSI HAKIKAT MANUSIA


  1. Dimensi Keindividualan
Setiap anak manusia yang dilahirkan, telah dikaruniai potensi untuk menjadi berbeda dari yang lain atau menjadi dirinya sendiri. Inilah sifat individualitas.

Dimensi individual adalah kepribadian seseorang yang merupakan suatu keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (individe).
Karena adanya individualitas itu setiap orang mempunyai kehendak, perasaan, cita-cita, kecenderungan, semangat dan daya tahan yang berbeda-beda. Setiap manusia memiliki kepribadian unik yang tidak dimiliki oleh orang lain.
Contoh sederhananya saja 2 orang murid sekelas yang mempunyai nama yang sama tidak pernah bersedia untuk disamakan satu sama lain, ini berarti masing-masing ingin mempertahankan ciri-ciri khasnya sendiri. Gambaran tersebut telah dikemukakan oleh Fancis Galton, seorang ahli Biologi dan Matematika Inggris.
Dari hasil penelitiannya banyak pasangan kembar satu telur ternyata  tidak sepasang pun yang identik atau sama sifat dan kepribadiannya.
Hal ini menunjukkan bahwa manusia yang satu berbeda dengan manusia lainnya.

  1. Dimensi Kesosialan
Setiap bayi yang lahir dikaruniai potensi sosialitas, demikian dikatakan Mj Langeveld (1955 : 54) dalam buku (Pengantar Pendidikan, Prof. Dr. Tirtaraharja dan Drs. S.L La Ulo 2005 : 18). Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa setiap anak dikaruniai benih kemungkinan untuk bergaul. Artinya setiap orang dapat saling berkomunikasi yang pada hakikatnya di dalamnya ada unsur saling memberi dan menerima.
Manusia dilahirkan sebagai suku bangsa tertentu dengan adat kebudayaan tertentu pula. Sebagai anggota suatu masyarakat, seseorang berkewajiban untuk berperan dan menyesuaikan diri serta bekerja sama dengan masyarakat.

Seorang dapat mengembangkan kegemarannya, sikapnya, cita-citanya didalam interaksi dengan sesamanya. Seseorang berkesempatan untuk belajar dari orang lain, mengidentifikasi sifat-sifat yang dikagumi dari orang lain untuk di milikinya, serta menolak sifat-sifat yang tidak dicocokinya. Hanya didalam berinteraksi dengan sesamanya, dalam saling menerima dan memberi, seseorang menyadari dan menghayati kemanusiaannya.
Adanya dimensi kesosialan pada diri manusia tampak jelas pada dorongan untuk bergaul. Dengan adanya dorongan untuk bergaul setiap orang ingin bertemu dengan sesamanya. Manusia hanya menjadi manusia jika berada diantara manusia. Tidak ada seorangpun yang dapat hidup seorang diri lengkap dengan sifat hakekat kemanusiaannya di tempat yang terasing. Sebab, seseorang hanya dapat mengembangkan sifat individualitasnya di dalam pergaulan social, seseorang dapat mengembangkan kegemarannya, sikapnya, cita-citanya di dalam interaksi dengan sesamanya.
Contohnya seseorang yang masuk menjadi anggota suatu organisasi.

  1. Dimensi Kesusilaan
Kesusilaan adalah kepantasan dan kebaikan yang lebih tinggi. Manusia itu dikatakan sebagai makhluk susila. Drijarkoro mengartikan manusia susila sebagai manusia yang memiliki nilai-nilai, menghayati, dan melaksanakan nilai-nilai tersebut dalam perbuatan. (Drijarkoro 1978 : 36 – 39) dalam buku (Pengantar Pendidikan Prof. Dr. Tirtaraharja dan Drs. S.L La Ulo 2005 : 21).

Nilai-nilai merupakan  sesuatu yang dijunjung tinggi oleh manusia karena mengandung makna kebaikan, keluhuran, kemuliaan dan sebagainya, sehingga dapat diyakini dan dijadikan pedoman dalam hidup. Pendidikan kesusilaan berarti menanamkan kesadaran dan kesediaan melakukan kewajiban disamping hak pada peserta didik.
Agar manusia dapat melakukan apa yang semestinya harus dilakukan, maka dia harus mengetahui, menyadari dan memahami nilai-nilai. Kemudian diikuti dengan kemauan atau kesanggupan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut.
Manusia dengan kemampuan akalnya memungkinkan untuk menentukan sesuatu manakah yang baik dan manakah yang buruk, manakah yang pantas dan manakah yang tidak pantas.Dengan pertimbangan nilai-nilai budaya yang dijunjungnya memungkinkan manusia untuk berbuat dan bertindak secara susila.
Contohnya melaksanakan nilai gotong royong atau saling membantu antara sesama.

  1. Dimensi Keberagamaan

Pada hakikatnya manusia adalah makhluk religius. Mereka percaya bahwa di luar alam yang dapat dijangkau oleh indranya ada kekuatan yang menguasai alam semesta ini. Maka dengan adanya agama yang diturunkan oleh Tuhan manusia menganut agama tersebut.
Beragama merupakan kebutuhan manusia karena manusia adalah makhluk yang lemah sehingga memerlukan tempat bertopang. Agama menjadi sandaran vertical manusia.
Manusia sebagai mahluk beragama mempunyai kemampuan menghayati pengalaman diri dan dunianya menurut agama masing-masing. Manusia memerlukan agama demi keselamatan hidupnya. Manusia dapat menghayati agama melalui proses pendidikan agama. Disinilah tugas orang tua dan semua pendidik untuk melaksanakan pendidikan agama kepada anaknya atau anak didiknya.
Contohnya seseorang yang menganut agama Islam, seseorang yang menganut agama Kristen dan sebagainya.